Oleh: Syeikh Muhammad Mar’i al-Amin al-Antaki (Ulama dan mufti Suriah)
1. Yahya bin Mu'in (wafat tahun 233 Hijrah) berkata, "Lemah hadisnya, dan tidak ada kebaikan darinya."
2. Abu Dawud (wafat tahun 275 Hijrah) berkata, "Dia bukan apa-apa. Dia pendusta."
3. Nasa'i (wafat tahun 303 Hijrah) berkata, "Dia orang yang lemah, ditinggalkan hadisnya, dan tidak dipercaya."
4. Ibnu Hatim (wafat tahun 327 Hijrah) berkata, "Ditinggalkan hadisnya."
5. Ibnu 'Uday (wafat tahun 365 Hijrah) berkata, "Suka meriwayatkan hadis-hadis mawdhu', dan dituduh zindiq." Ibnu 'Uday berkata, "Orang-orang mengatakan dia suka membuat hadis palsu."
6. Al-Hakim (wafat tahun 405 Hijrah) berkata, "Ditinggalkan hadisnya, dan dia dituduh zindiq."
7. Khatib al-Bagdadi (wafat tahun 406 Hijrah) melemahkannya.
8. Ibnu Abdul Barr (wafat tahun 463 Hijrah) menukil dari Ibnu Hibban yang berkata tentang Saif bin Umar, "Saif ditinggalkan hadisnya. Kita menyebutkan hadisnya hanya sekedar untuk mengetahui." Ibnu Abdul Barr tidak memberikan komentar apa pun terhadap hadisnya.
9. Fairuz Abadi, penulis berbagai kitab, menyebutkannya bersama yang lainnya, "Mereka itu orang-orang yang dha'if (lemah)."
10. Ibnu Hajar (wafat tahun 852 Hijrah) berkata, setelah mengkritik sebuah hadis yang di dalam sanadnya terdapat nama Saif bin Umar, "Di dalam sanadnya terdapat orang-orang yang dhaif, dan terdha’if di antara mereka adalah Saif bin Umar."
11. Shafiyyuddin (wafat tahun 923 Hijrah) berkata, "Mereka mendha’ifkannya.
Inilah pandangan para ulama selama berabad-abad tentang Saif bin Umar.
Bagaimana bisa para sejarahwan berbicara secara panjang lebar tentang riwayatnya?! Bagaimana bisa para peneliti membangun pandangan-pandangan mereka berdasarkan riwayat ini. Di samping perbedaan yang masih diperselisihkan tentang namanya. Apakah namanya Ibnu Sauda, atau Abdullah bin Saba?! Demikian juga perbe-daan tentang kemunculannya. Apakah dia muncul pada masa Usman, sebagaimana yang dikatakan oleh Thabari, atau sebagaimana yang dikatakan oleh Sa'ad bin Abdullah al-Asy'ari di dalam kitabnya al-Maqalat wa al-Firaq, "Dia muncul pada masa Ali atau sesudah kematiannya."
Dan kenapa Usman bersikap diam terhadapnya, padahal dia tidak bersikap diam sekali pun kepada sahabat-sahabat besar, seperti Abu Dzar, 'Ammar dan Ibnu Mas'ud?
Bahkan, sesungguhnya dia merupakan sebuah rangkaian kebohongan yang diciptakan atas Syi'ah. Sebagaimana yang dikatakan oleh Thaha Husain, "Ibnu Saba adalah seorang tokoh yang diciptakan oleh para musuh Syi'ah untuk menghantam Syi'ah, yang sebenarnya tidak ada wujudnya di luar." Rekayasa ini diciptakan dengan tujuan untuk mencemarkan keyakinan-keyakinan Syi'ah yang bersumber dari Al-Qur'an dan sunah. Seperti keyakinan tentang wasiat dan 'ishmah. Musuh-musuh mereka tidak menemukan jalan selain dengan jalan menghubung-hubungkan keyakinan-keyakinan ini dengan ajaran Yahudi, yang tokohnya adalah seorang tokoh fiktif yang bernama Abdullah bin Saba. Sehingga dengan begitu kecaman ditujukan kepada tokoh ini dan kepada orang yang mengambil ajaran darinya. Di samping di sisi lain mereka menampilkan kelurusan wajah para sahabat dan membersihkan mereka dari berbagai kecaman dan celaan, dikarenakan berbagai perpecahan dan perselisihan yang terjadi di antara mereka, sehingga berakhir dengan terbunuhnya Usman, dan begitu juga peristiwa perang Jamal yang memakan ribuan korban dari kalangan para sahabat. Kisah fiktif tentang Abdullah bin Saba ini tidak lain merupakan upaya untuk menutupi lembaran sejarah yang hitam ini, untuk kemudian melemparkan tanggung jawab atas peristiwa-peristiwa yang terjadi kepada tokoh fiktif ini, padahal para sahabat sendiri bertanggung jawab atas peristiwa-peristiwa yang terjadi. Yaitu terpecah belahnya umat kepada berbagai mazhab dan keyakinan.
(Ahlulbaytku/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Posting Komentar