BREAKING NEWS

AHLUL BAIT NABI SAW: KESAKSIAN-KESAKSIAN AHLUS SUNNAH, SMS +6281809556588

Minggu, 07 Mei 2017

Sekilas Pandangan Sejarah Akidah Ahlus Sunnah


Oleh: Syeikh Muhammad Mar’i al-Amin al-Antaki (Ulama dan mufti Suriah)

Akidah Ahlus Sunnah

Sekilas Pandangan Sejarah

Kalangan Ahlus Sunnah, sebelum mereka mengorbitkan Ahmad bin Hambal pada posisi keimamahan di dalam bidang keyakinan, mereka terpecah belah ke dalam berbagai kelompok yang berbeda. Kalangan Murji'ah berpendapat, tidak ada hubungan sama sekali antara iman dan amal perbuatan. Mereka mengatakan bahwa maksiat yang dilakukan seseorang sama sekali tidak akan membahayakan imannya, sebagaimana juga ketaatan tidak memberikan manfaat sama sekali bagi kekufuran. Adapun kelompok Qadariyyah, mereka mengingkari adanya takdir. Sementara kelompok Jahami menafikan sama sekali seluruh sifat Allah SWT. Demikian juga dengan kelompok-kelompok lainnya. Mereka berbeda pendapat di dalam masalah pemikiran dan keyakinan. Hingga kemudian datanglah Ahmad bin Hambal. Dia membinasakan seluruh mazhab yang berlaku di kalangan Ahlul Hadis pada waktu itu, dan kemudian menyatukan mereka di dalam dasar-dasar keyakinan yang menjadi pilihannya. Ahmad bin Hambal mengklaim bahwa keyakinannya adalah keyakinan kalangan salaf yang saleh, yang terdiri dari kalangan sahabat dan tabi'in, Pada kenyataannya, penisbatan dasar-dasar keyakinan ini kepada Ahmad bin Hanbal jauh lebih benar dan lebih pas dibandingkan penisbatannya kepada para sahabat dan tabi'in. Karena, dasar-dasar keyakinan yang dibawa oleh Ahmad bin Hambal tidak dikenal sebelumnya, dan kalangan Ahlus Sunnah pun tidak menyepakatinya sebelum kedatangan Ahmad bin Hanbal. Perselisihan pendapat dalam masalah keyakinan di kalangan Ahlus Sunnah, yang dapat kita saksikan di dalam sejarah mereka hingga sekarang, membuka tabir tentang persoalan ini.

Keyakinan-keyakinan kalangan Hanbali tersebar luas pada masa pemerintahan Mutawakkil, yang amat dekat dengan Ahmad bin Hanbal. Mutawakkil telah membukakan kesempatan yang begitu luas kepada Ahmad bin Hanbal, sehingga dia menjadi seorang imam dalam bidang keyakinan, dengan tanpa adanya pesaing. Keadaan ini terus berlangsung hingga munculnya Abul Hasan al-Asy'ari dalam bidang keyakinan, setelah sebelumnya Abul Hasan al-Asy'ari bertaubat dari paham Mu'tazilah, dan bergabung dengan keyakinan Hambali. Namun, Abul Hasan al-Asy'ari tidak merasa cukup dengan hanya bertaklid kepada Ahmad bin Hambal. Dia memberikan argumentasi-argumentasi logis terhadap keyakinan-keyakinan Hambali, sehingga dia muncul dengan keyakinan-keyakinan yang tidak sepenuhnya sejalan dengan keyakinan-keyakinan Ahmad, namun tidak menentangnya. Meskipun demikian, mazhabnya yang terbilang baru ini mendapat ijin untuk di-sebarkan di seluruh negeri Islam. Akhirnya, Abul Hasan al-Asy'ari dapat merebut posisi kepemimpinan dalam bidang keyakinan dari tangan Ahmad bin Hambal. Sehingga dengan demikian, mazhab Asy'ari pun menjadi mazhab resmi Alus Sunnah. Al-Muqrizi, setelah memberi isyarat kepada dasar-dasar keyakinan mazhab Imam Asy'ari, dia mengatakan, "Inilah sejumlah pokok-pokok keyakinannya, yang menjadi pegangan mayoritas penduduk negeri-negeri Islam, yang barangsiapa dengan terang-terangan menentangnya, niscaya darahnya akan ditumpahkan."[352]

Maka berkobarlah api pertentangan di antara kalangan Asy'ariyyah dan Hanbaliyyah selama berabad-abad. Kalangan Hanbali berpegang kepada riwayat-riwayat tasybih dan tajsim, dan menetapkan Allah SWT mempunyai sifat-sifat yang tidak layak dinisbatkan kepadanya. Sementara kalangan Asy'ariyyah berlepas diri dari yang demikian itu.

Akan tetapi, terlepas dari semua itu, sesungguhnya kita dapat membagi keyakinan Ahlus Sunnah ke dalam dua madrasah. Yaitu Madrasah Asy'ariyyah dan Madrasah Hanbaliyyah, setelah punahnya faham Mu'tazilah —tentunya. Pada pasal ini kita akan membahas beberapa contoh dari keyakinan kedua madrasah tersebut.


Madrasah Hanbaliyah (Salafiyah)

Untuk membicarakan keyakinan-keyakinan salafi, mau tidak mau kita harus membaginya kepada tiga periode sejarah, yaitu:
a. Periode Ahmad bin Hanbal.
b. Periode Ibnu Taimiyyah.
c. Periode Muhammad bin Abdul Wahhab.

(Ahlulbaytku/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)

Ditulis Oleh : Unknown ~ Pada Minggu, 07 Mei 2017

Terimakasih atas kunjungan Anda serta kesediaan Anda membaca artikel kami yang berjudul Sekilas Pandangan Sejarah Akidah Ahlus Sunnah. Kritik dan saran dapat anda sampaikan melalui kotak komentar. Anda dipersilakan copy paste berita ini dengan mencantumkan url sumber : http://ahlulbaitnabisaw.blogspot.com/2017/05/sekilas-pandangan-sejarah-akidah-ahlus.html

Posting Komentar

Commet Facebook Umum ABNS

 
Copyright © 2014 AHLUL BAIT NABI SAW Powered By AHLUL BAIT NABI SAW.